Manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk melihat, berbicara, dan saling berinteraksi. Namun, tidak semua dari kita diberi kesempatan untuk menikmati indahnya dunia melalui indera penglihatan. Kita seringkali tidak mampu memahami sepenuhnya rasa sakit dan kesedihan yang dirasakan oleh mereka yang tidak dapat melihat.
Dorongan kemanusiaan untuk meredakan penderitaan para tunanetra telah mendorong kalangan medis dua abad yang lalu, pada tahun 1789, untuk mencari cara memulihkan penglihatan mereka. Melalui ketekunan dan percobaan yang tak kenal lelah, akhirnya 56 tahun yang lalu, tercapailah keberhasilan gemilang. Transplantasi kornea mata menjadi terobosan revolusioner yang memungkinkan pemulihan penglihatan bagi mereka yang sebelumnya hidup dalam kegelapan, asalkan kerusakan terjadi pada kornea mata.
Kemajuan ilmu pengetahuan medis ini, seperti transplantasi kornea, telah membawa harapan baru bagi masyarakat Indonesia. Berkat dedikasi para ahli medis dan terpelajar yang peduli, Indonesia kini memiliki kemampuan untuk memberikan cahaya baru bagi mereka yang buta. Prof. Dr. Isak Salim menjadi pionir pertama dalam melakukan pencangkokan kornea mata di Indonesia, membawa harapan baru bagi para tunanetra.
Berdirinya PPMTI-Bank Mata Indonesia sebagai respons atas Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI no 8 tahun 1967, yang menyatakan bahwa kebutaan di Indonesia merupakan bencana nasional, menunjukkan komitmen untuk mengatasi masalah ini. Dengan persatuan dan semangat kemanusiaan, para sosiawan pada tanggal 10 Maret 1968 membentuk Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra, sebagai wadah untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Melalui upaya kolaboratif dan semangat gotong royong, Indonesia telah menunjukkan bahwa kepedulian terhadap sesama, terutama bagi para tunanetra, merupakan bagian integral dari pembangunan bangsa. Semoga keberhasilan dalam transplantasi kornea mata ini menjadi awal dari perubahan positif yang lebih luas dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesempatan bagi semua warga negara Indonesia.
Manusia masih dapat memandang, berbicara dan saling melihat. Tetapi sebagian di antara kita ada yang tidak dapat melihat. Kita tidak dapat mengungkapkan bagaimana derita dan rasa haru yang dialami mereka itu. Terdorong oleh rasa perikemanusiaan atas kepedihan dan penderitaan para penderita Tuna netra, dua abad yang lalu (1789), kalangan medis telah berupaya untuk dapat memulihkan penglihatan seseorang yang menderita kebutaan seperti manusia normal lainnya. Percobaan demi percobaan dengan tabah dilakukan oleh kalangan medis, sehingga 56 tahun yang silam diperoleh hasil gemilang. Kalangan medis dapat memulihkan penglihatan seseorang yang sebelumnya menderita kebutaan, asalkan kebutaan yang dideritanya karena kerusakan atau kekeruhan kornea matanya.
Kemajuan ilmu pengetahuan kalangan medis ini berupa transplantasi (pemindahan) kornea mata dari seseorang yang telah meninggal, kepada seseorang cacat mata. Kepandaian ini di Indonesia baru dimengerti dan dikenal oleh kalangan medis dan para terpelajar yang berminat. Disamping berita transplantasi kornea ini merupakan kejutan dalam masyarakat, terbukti putra-putra Indonesia telah menunjukan kemampuannya menguasai pengetahuan ini untuk dharma bakti kepada masyarakat, khusus untuk para cacat tunanetra.
Untuk pertama kali usaha pencangkokan kornea mata di Indonesia dipelopori oleh Prof. Dr. Isak Salim dengan kornea sumbangan dari Bank Mata Internasional Srilanka. Pratek ini dilakukan pada pertengahan tahun 1967 dan peristiwa ini merupakan riwayat dimulainya kegiatan transplantasi kornea di Indonesia.
Suatu hal yang mendorong berdirinya PPMTI-Bank Mata Indonesia, adalah keluarnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI no 8 (birhub) 1967 tertanggal 24 Juli 1967 yang menyatakan antara lain: KEBUTAAN DI INDONESIAMERUPAKANBENCANA NASIONAL. Selanjutnya Surat Keputusan tersebut menjelaskan angka kebutaan di Indonesia meliputi 1 % dari jumlah penduduk dan sebanyak 10 % dari para cacat tunanetra dapat dipulihkan penglihatannya dengan cara pencangkokan kornea mata. Umumnya mereka ini menderita kekeruhan dan kerusakan kornea. Penglihatan mereka akan dapat pulih seperti daya penglihatan orang normal, bila operasi yang dijalani berhasil. Hal ini menimbulkan tergugahnya hati para sosiawan, sehingga secara spontan pada tanggal 10 Maret 1968 secara resmi para sosiawan ini menghimpun diri dalam suatu badan : ”PERKUMPULAN PENYANTUN MATA TUNANETRA”.
Pendiri PPMTI-Bank Mata Indonesia :
1. Dimulai di DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara:
• Prof. Dr. Isak Salim
• Drg. Nani Ali Sadikin
2. Dilanjutkan Tingkat Nasional :
• Dr. Wonoyudo
• Dr. Sudharsono
• IbuNaniYamin
PENGURUS PUSAT PPMTI-BMI
MASA BHAKTI 2015-2020
I. PEMBINA :
1. Menteri Kesehatan RI (Ex – Officio).
2. Menteri Sosial RI (Ex – Officio).
3. Menteri Agama RI (Ex – Officio).
4. Prof. DR. Ing. BJ. Habibie.
II. PENASEHAT :
1. DR. Panji Wisaksana.
2. J.P. Soetadi Martodihardjo.
3. dr. H. Abdul Manan Ginting, Sp.M
4. Ir. Rukman Hutasoit
5. Ir. Drs. Untung Widodo
III. PENGURUS :
1. Ketua Umum : DR. Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM (K).
2. Wakil Ketua Umum I : DR. drg. Widya Lesmanawati Habibie, Sp.Ort, MM
3. Wakil Ketua Umum II : Dr. Johan A.M.M Hutauruk, Sp.M (K)
4. Sekretaris Umum : Tetty Herawati Soebroto, SH, MH
5. Sekretaris : Susana Paulina Masmir, SH
6. Bendahara Umum : Dra. Linda Meilany
7. Bendahara : Dra. Dewi Dewo
8. Bidang Organisasi
Ketua : Arleen Djohan, SH
Anggota : Hendrawati Yuripersana, SH, MH, M.Kn
Tjut Sjahnaz, SH
Santi Diansari Hargianto, SH
9. Bidang Dana & Penyantunan
Ketua : Dra. Trulyanti Sutrasno, M.Psi.
Anggota : DR. Ir. Sri Woro B. Harijono, M.Sc.
Dra. Adi Sasitiwarih Roem, M.Sc.
Dra. Margaret Pardede Gauthama, M.Sc.
Doddy Wijanarko, SE.
10. Bidang Sosialisasi & Komunikasi :
Ketua : Mark Sungkar, MBA.
Anggota : Gin Danny Ginarto
Moh. Rafique Akbany
Rani Indira
Subandriyo
11. Bidang Pembinaan Calon Donor – Calon Resipien :
dr. Rina La Distia Nora, Sp.M
dr. Nasrul Ichsan, Sp.M
dr. Nadia Annisa Nuraini
dr. Yulia Aziza, Sp.M
12. Laboratorium : Dr. Made Susiyanti, Sp.M (K)
13. Gedung P4K/Klinik Mata Dr. Hasri Ainun Habibie :
Saraswati Chazanah Soegondo
Perkumpulan ini bersifat sosial, bergerak dalam bidang kemanusiaan, mengamalkan sila ke II Pancasila
VISI :
“ Mencegah kebutaan dan mengusahakan pemulihan penglihatan tunanetra dan pencangkokan kornea mata ”.
MISI ::
1) Menyelenggarakan kegiatan Bank Mata Indonesia ; Eksisi dan Tranplantasi
2) Mengadakan kegiatan penyantunan tunanetra lainnya.
3) Menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dan pembinaan mengenai kesehatan mata.
4) Melakukan pembinaan kepada calon donor mata dan resipien.